Mereka menjelaskan tentang sosok Rahayu yang menjadi pewaris tunggal dari rumah tersebut. Dua pria itu juga menanyakan keberadaan Rahayu.
Mendengar penjelasan itu, Dini mengaku sebagai Rahayu. Dia pun dibawa ke hutan dan berhasil dijebak oleh suruhan Ki Saptadi.
Dini akhirnya di bawa ke suatu tempat. Dia pun dibunuh dengan cara digorok hidup-hidup oleh Nyi Misni (Ibu Ki Saptadi), gadis malang itu dikuliti dan dipakai untuk wayang kulit.
Baca Juga: Jelang Duel, Ini Head to Head Bali United vs Arema FC, Serdadu Tridatu Lebih Unggul
Di saat Maya sibuk mencari keberadaan Dini yang tiba-tiba menghilang, dia sempat melihat seorang warga yang melahirkan bayi tanpa kulit. Lalu tersebut dibunuh oleh Ki Saptadi.
Maya sempat diselamatkan oleh Ratih, seorang penjaga warung tempat dirinya mencari informasi.
Barulah setelah itu, Ratih menjelaskan soal kemungkinan identitas Maya sebagai Rahayu atau bayi terkutuk pertama yang ada di desa tersebut.
Rumor mengatakan, jika 20 tahun yang lalu ada seorang Dalang terkenal bernama Ki Donowongso dan istrinya Nyi Sinta yang memiliki anak tanpa kulit.
Munculah tuduhan jika Ki Donowongso menggunakan tumbal tiga anak perempuan guna menyelamatkan putrinya, Rahayu.
Ki Donowongso juga dirumorkan membunuh beberapa warga dan berakhir bunuh diri. Sedangkan Rahayu, dilarikan ke kota oleh pembantunya.
Baca Juga: Simak Sinopsis Serial India Gopi : Mansi Berniat Menembak Jaggi
Semenjak itulah desa tersebut menjadi terkutuk. Setiap ada bayi akan lahir tanpa kulit, maka bayi itu harus dibunuh.
Salah satu cara mengakhiri kutukan itu adalah membunuh bayi pertama yang menerima kutukan itu (Rahayu) Dia harus dikuliti dan dijadikan wayang kulit untuk memulihkan keadaan.
Setelah tahu dirinya adalah Rahayu, juga sahabatnya Dini juga ikut dibunuh, Maya hendak melarikan diri dari desa tersebut. Namun sebelum itu ia bertemu dengan tiga sosok hantu gadis kecil yang menceritakan kejadian sebenarnya.
Sebenarnya Ibu dari Rahayu, Nyi Sinta, berselingkuh dengan Ki Saptadi. Anak yang dikandungnya pun bukan anak dari Ki Donowongso.